Tentang Menulis: I Write To Learn, To Remember.

Dari Menulis, Saya Bisa Bercerita.

Topiknya pas banget sama pertanyaan yang saya terima beberapa hari lalu.

“Mak, kamu suka nulis ya? Gimana sih biar suka nulis”

That question like a time machine. My past is played like a video without a sound.

Saya adalah anak yang cenderung pemalu jika bertemu dengan orang baru, kurang nyaman berada di lingkungan baru, kurang percaya diri jika jadi pusat perhatian dan menemukan kenyamanan yang hakiki saat sendirian. Zaman SMP, saya dapat nilai 60 untuk mata pelajaran Seni Musik saat menyanyi di depan kelas, bahkan gurunya sempat menawarkan nilai lebih tinggi lagi untuk ditukar dengan keberanian saya mengeluarkan suara agar bisa terdengar oleh beliau yang duduk di sebelah saya. Dulu, saya nggak berani speak up dan berdebat bukan karena saya nggak tahu mau ngomong apa, tapi kata-kata itu seolah nggak bisa keluar dari mulut saya, atau kalaupun bisa, kata-kata itu akan keluar dengan tidak semestinya. Seolah saya sedang meracau. Pikiran saya sangat riuh dengan pergolakan kata-kata yang tidak bisa keluar. Jika kata-kata itu tidak keluar lewat suara, mungkinkah ia bisa keluar melalui tulisan? Akhirnya saya memberanikan diri untuk menulis.

Introvert GIF - Find & Share on GIPHY

Teringat diary pertama saya, segala keluh kesah tumpah ruah di sana. Seolah menemukan tempat pelarian dari dunia nyata. Saya bisa menjadi apa saja, menjadi anak kecil, orang dewasa bahkan menjadi kelinci, binatang kesukaan saya, biasanya sih imajinasi muncul kalau abis baca komik, main game atau nonton TV.

Saya bisa menulis apa saja, dari mulai kata-kata yang merayu dan mendayu-dayu saat merasakan suka dengan lawan jenis sampai makian kasar isi kebun binatang saat marah dengan seseorang. Seiring dengan perkembangan teknologi dan zaman, diary dalam bentuk buku itu mengalami transformasi, dari mulai bulletin board dan blog di Friendster, notes di Facebook, blog di Multiply, blog di Blogspot, blog di Tumblr dan sekarang blog dengan domain pribadi. #azegh

Dari Menulis, Saya Bisa Belajar Apa Saja

Yang ini aib, tapi ya sudahlah ya, sudah lewat juga dan nggak mungkin dilakuin lagi. Berada di SMP unggulan dan favorit tentu menjadi pressure tersendiri buat saya. Saya yang zaman SD rangking 2 terus, di SMP ini boro-boro masuk 10 besar. Di SMP, demi nilai bagus dan bisa bersaing dengan yang lain, saya belajar menyontek (menyontek kok belajar!). Bukan menyalin jawaban dari teman ya, tapi bikin contekan sendiri. Nyontek yang usaha sendiri aja sebenernya udah parah cuy, ini lagi nyalin jawaban doang nggak pake usaha. By the way, siapa yang pernah bikin kopekan/contekan dari kertas kecil yang ditulis kecil-kecil? NGAKU? NGAKU AJA NGGAK USAH JAIM DEH LU PADA! (Monmaap kok ngegas sih buk, cari temen banget ceritanya?)

 

Malam atau pagi sebelum ulangan dimulai, saya buat tuh contekan terus disimpan di saku seragam atau lipitan rok (NGAKU YANG NYIMPEN DI SINI JUGA! HAHAHA). Pas ulangan jadi heran sendiri, lah kok bisa ngerjain semua tanpa lirik contekan ya? Ternyata isi contekannya jadi hapal di luar kepala masbro dan mbasis. Jadi saya sadar di situ kalau ternyata cara belajar yang lebih masuk dan bisa otak saya terima adalah dengan cara menulis. AHA!

 

Menulis = Menciptakan Mesin Waktu

Bagaimana cara menghentikan laju waktu? Dengan tulisan, ia akan bertahan.

Saat saya menulis ini, waktu memang terus berlalu. Tapi ketika saya kembali membaca ini, saya akan ingat suasana saat tulisan ini dibuat. Tulisan ini dibuat ketika anak-anak dan suami terlelap, sesekali tangisan si kasep meminta susu dan tangisan si geulis yang pecah karena mimpi buruk.

Back To The Future GIF - Find & Share on GIPHY

Menulis itu terapi saat saya patah hati. Putus dari suatu hubungan, menangis diam-diam dalam kesendirian, menyimpan segala perasaan melalui tulisan lalu voila! Saya bisa melangkah ke masa depan walau perlahan dan bangkit dari patah hati walau tertatih.


Kata-kata berkecamuk dalam pikiran.

Sayang lidahku kelu.

Kubiarkan mereka mengalir dalam tulisan.

Sejak saat itu, menulis bagiku adalah candu.


Ketika menulis sudah terasa membosankan atau menjemukan, cobalah istirahat sejenak. Sambil mengingat apa yang menjadi titik awal saat kamu mulai menulis, and for me..

I don’t write to influence or to impress. I write to learn and to remember.

Kalau kamu, apa alasan kamu menulis?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *