Hai pembaca blogku (pede amat buk ada yang baca blognya, wqwq). Ehem, udah lama ya nggak berceloteh di sini karena kesibukan mamak yang warbiyaza walau #dirumahaja, salah satunya adalah memilih sekolah dasar untuk anak mojang di saat pandemi Covid-19.
Yang bikin proses memilih sekolah dasar saat pandemi Covid-19 berbeda dengan proses biasanya tentu saja kita nggak bisa trial langsung ke sekolah, datang ke sekolah dan melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar di kelas atau melihat suasana sekolahnya saat jam-jam sekolah. Mostly dilakukan secara virtual. Challenging, bukan? Terus gimana kita memilih sekolah dasar yang tepat untuk anak kalau cuma dari Zoom/Google Meet aja?
Hal-hal yang Dilihat Secara Virtual Dalam Memilih Sekolah Dasar Saat Pandemi Covid-19
Ingat pepatah Love at first sight nggak? Ya, ini berlaku juga saat saya memilih sekolah dasar secara virtual.
Pelaksanaan Tur Sekolah Secara Virtual Saat Pandemi Covid-19
Perkenalan sekolah yang tadinya tatap muka kini berganti melalui aplikasi temu online seperti Zoom dan Google Meet. Dari pertemuan virtual ini kita bisa melihat seberapa well prepared pihak sekolah sebelum acara dimulai sampai acara selesai.
Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat virtual tour?
1.Pengumuman mengenai jadwal dari pihak sekolah
Kalau pihak sekolah memberikan informasi dadakan mengenai virtual tour secara dadakan, nah bisa jadi alert pertama nih. Iya kalau semua orang tua bisa hadir atau sedang luang waktunya, kalau jadwalnya bentrok bagaimana?
2.Penjelasan dari pihak sekolah
Menurut pengalaman virtual tour yang saya ikuti, biasanya Kepala Sekolah yang akan menjelaskan mengenai seluk beluk sekolah secara detail dari mulai sejarah, visi, misi, program, kurikulum, ekstrakurikuler, biaya, dan lain-lainya.
Untuk alur dan syarat pendaftaran biasanya nanti humas sekolah yang akan menjelaskan. Dari hasil pengamatan, ada beberapa narasumber yang terpaku pada slide, ada yang kayak salah satu penceramah di salah satu stasiun TV (no offense, personally kayak lagi diceramahin bukan lagi school tour) tapi ada juga yang luwes banget berasa lagi didongengin dan bikin betah yang dengerin, sampai nggak sadar kalau udah dua jam lebih acaranya!
3.Materi visual presentasi
Terdengar sepele mungkin ya tapi bagi saya ini tuh penting banget. Di zaman yang serba digital dan teknologi maju ini, kemampuan presentasi jadi salah satu kompetensi yang wajib dimiliki.
Kemampuan presentasi ini bukan hanya penguasaan dan penyampaian materi saja tapi meliputi pembuatan materi juga. Kalau materi yang disajikan sekolah aja tidak menarik bagi orang tuanya, bagaimana sekolah bisa mengajarkan hal tersebut ke siswa-siswinya nanti?
Saya menemukan masih ada sekolah yang slide presentasinya monoton. Ada juga yang jadinya terlihat nggak niat dengan menggunakan gambar yang ada watermark dan gambar yang asal tempel tanpa mempedulikan nilai estetikanya. Padahal biaya masuk sekolah tersebut cukup besar lho! Sayang banget kan kalau hal remeh-temeh gini nggak diperhatikan. Padahal tinggal cari gambar gratis atau langganan Canva Pro yang cuma Rp75.000 per bulan (ini Canva nggak mau endorse apa :p). Sedi akutu padahal sempat jadi salah satu inceran banget ini sekolah, jadi agak il-feel deh.
Tenang, ada juga kok sekolah yang bikin materi presentasi segitu niatnya. Dari mulai menyertakan efek dan animasi di beberapa materi, menambahkan pemutaran video, menggunakan template yang fun tapi tetap jadi ciri khas sekolah, dan yang paling epic ada yang memutarkan cuplikan film pendek dengan backsound lagu Pink Floyd sebagai opening! Benar-benar out of the box, beda sama yang lain.
4. Suasana virtual tour
Nah, ini juga jadi patokan seberapa siap sekolah mengadakan acara. Kalau buat acara virtual aja segitu niatnya, gimana buat acara sekolah beneran kan? Pasti seru banget!
Standarnya sih susunan acara itu terdiri dari pembukaan, penjelasan, sesi tanya jawab, dan penutupan yang dipandu oleh moderator dan idealnya memiliki peraturan agar acara kondusif. Misalnya peraturan pada saat sesi penjelasan, semua peserta di-mute agar tidak ada suara lain yang mengganggu penjelasan, baru dibuka kembali saat sesi pertanyaan.
Nah pada saat sesi tanya jawab seharusnya ada peraturan bagi peserta yang mengajukan pertanyaan untuk mengetik pertanyaannya di kolom chat atau menekan tombol raise hand baru pihak sekolah membuka kesempatan bertanya sesuai giliran. Bagi peserta yang ingin menanggapi silakan menekan tombol reaction thumb.
Sayangnya, ada sekolah yang tidak menerapkan peraturan sehingga acara kurang kondusif. Seperti misalnya saja, pada saat sesi penjelasan ada yang teriak,”De, sana minum!”. Iya, teriak di tengah-tengah penjelasan, untung bukan ngomong yang aneh-aneh ye kan :))
Nah, penting ada moderator atau operator yang memastikan acara berjalan kondusif.
Lalu pada saat pertanyaan, ada juga sekolah yang membebaskan sehingga peserta bingung, ini giliran siapa yang bertanya. Pas mau tanya, eh tabrakan ngomong dengan peserta yang lain, jadi saling mempersilakan “Silakan duluan”,
”Gapapa Ibu duluan aja”.
”Ah, gapapa Ibu aja”
Terus aja gitu keburu pandemi kelar.
Saya menemukan juga sekolah yang kolom chat-nya disabled pada saat sesi tanya jawab berlangsung hadeuhhh.
Dari lima virtual tour yang saya ikuti, hanya tiga virtual tour yang pelaksanaan acaranya sangat memuaskan. Bahkan salah satunya menyediakan room tersendiri selama 15-20 menit yang terdiri dari lima orang peserta dengan dua narasumber yang merupakan orang tua murid yang bersekolah. Jadi kita bisa bertanya pada mereka yang telah berpengalaman menyekolahkan anaknya dan melihat dari sisi orang tua mengenai sekolah tersebut. Keren banget ya!
5.Informasi yang diberikan
Mungkin ada beberapa informasi yang kita dapatkan dari humas sekolah sebelum kita ikut virtual tour. Meski begitu, sebaiknya pihak sekolah memberikan informasi selengkap-lengkapnya mengenai sekolah dari mulai alur pendaftaran yang jelas, syarat pendaftaran, biaya yang dibutuhkan, program intra dan ekstra di sekolah, kurikulum dan materi di sekolah, serta fasilitas apa saja yang ada di sekolah.
Saya menemukan satu sekolah yang pada saat virtual tour belum keluar biaya sekolahnya. Meski kita udah survey biaya sekolah itu tahun sebelumnya dan punya budget, tapi boleh dong kita tahu apa saja rincian biaya yang kita keluarkan untuk sekolah. Apa yang sudah termasuk dan apa saja yang belum termasuk?
Ibarat investasi, tentu kita ingin tahu dengan jelas what do I get in return?
Pihak sekolah yang responsif dan mudah dihubungi via online
Ini faktor yang juga penting banget di saat pandemi yang membatasi kita untuk ke luar rumah, alangkah terbantunya orang tua dengan pihak sekolah yang responsif dan mudah dihubungi baik melalui e-mail, social media, atau WhatsApp.
Saya menghubungi kurang lebih sembilan sekolah, sebagian besar cukup responsif bahkan fast response namun ada juga yang sangat sangat lambat merespon. Saya bahkan harus menelepon ke pihak sekolah baru nanti chat saya dibalas. Coba chat lagi, baru dibalas keesokan harinya. Hal ini cukup bikin sedih karena datangnya dari salah satu sekolah yang jadi incaran saya.
Gimana nantinya mau berkomunikasi dengan pihak sekolah mengenai perkembangan anak di sekolah jika dari awal saja sudah sulit aksesnya? Masa iya harus didatangi terus ke sekolah?
Cek review di internet atau laman Instagram sekolah yang diincar
Meskipun apa yang ditampilkan di media sosial belum tentu sepenuhnya benar tapi paling nggak kita udah punya gambaran mengenai sekolah yang diincar dari jejak digital yang tersedia. Saya sampai meluangkan waktu sendiri untuk “investigasi” di beberapa forum buibuk, blog, dan bahkan cek tagged Instagram dari sekolah yang saya incar untuk tahu program sekolah real-nya seperti apa.
Ada yang di laman Instagramnya berisi webinar-webinar bertemakan parenting, ada yang upload mengenai tugas dari sekolah, ada yang upload mengenai suasana sekolah melalui Zoom, dan yang paling keren ada sekolah yang bikin diorama 17-an lalu siswa tur dari dalam mobil melihat diorama tersebut ala-ala tamasya di Taman Safari. Iya, ini saya temukan di fitur tagged dari salah satu laman Intagram sekolah.
Jadi, buat sekolah yang Instagram atau website-nya belum diperbarui, mulai deh aktif lagi perbarui konten karena orang tua (so called) millenialls ini juga mempertimbangkan jejak digital kalian lho. Kalau butuh jasa social media management atau website management boleh kontak saya ya! (Lah malah promosi diri sendiri, wk)
Memilih sekolah dasar yang diincar, apakah sudah siap beradaptasi dengan pandemi Covid-19?
Menurut saya, dari pelaksanaan virtual tour dan persiapan materi, kita akan bisa mengetahui seberapa jauh sekolah dasar yang diincar dalam beradaptasi dengan pandemi Covid-19 di mana kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka langsung yang berganti menjadi belajar dari rumah (BDR) secara online.
Pengalaman saya ini pasti berbeda dengan pembaca dan setiap orang memiliki indikator masing-masing dalam melakukan penilaian mana sekolah yang cocok untuk anaknya.
Kalau ada yang memiliki pengalaman berbeda dengan saya dalam memilih sekolah saat pandemi covid-19 ini silakan cerita di kolom komentar ya!
Terima kasih ya buat yang sudah mampir dan membaca celotehan saya ini. Sampai bertemu lagi di artikel selanjutnya. Stay safe and stay healthy, guys!